elhyat blog: Johann Wolfgang Von Goethe

Rabu, 07 Februari 2018

Johann Wolfgang Von Goethe

" Apalah arti hidup jika tidak banyak memberi cinta dan manfaat kepada orang lain..." Johann Wolfgang Von Goethe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apologize and My Feel

There's one sad truth in life I've found While journeying east and west-The only folks we really wound Are those we love the best. We flatter those we scarcely know, We please the fleeting guest, And deal full many a thoughtless blow To those who love us best. Ada sebuah kebenaran yang menyedihkan di dalam hidup yang pernah saya temukan ketika mengarungi dunia barat dan timur. Satu-satunya bangsa yang benar-benar telah kita lukai adalah bangsa yang sangat kita cintai. Kita merayu orang-orang yang tidak begitu kita kenal, kita berusaha menyenangkan para tamu yang pulang dan pergi silih berganti, dan menyakiti orang-orang yang benar-benar mencintai kita. Pride is at the root of much of our unforgiveness. Because pride can prevent us from forgiving, excessive pride is often a characteristic of the unforgiving person. That person believes, 'I'm far more superior than the person who hurt me. I don't need him (or her), so I don't need to forgive.' Kebanggan merupakan dasar yang kuat dari sikap kita yang tidak mau memaafkan, karena kebanggan bisa mencegah kita untuk memaafkan. Kebanggaan yang berlebihan seringkali merupakan karakteristik dari seseorang yang angkuh. Yaitu orang yang meyakini bahwa, "Saya jauh lebih unggul dari orang yang telah menyakiti saya. Saya tidak membutuhkannya. jadi, saya tidak perlu memaafkannya. It’s better to forgive than hold anger inside. If there’s someone you’ve been holding a grudge against, let go of your resentment and give him or her a sincere apology today. If you find it hard to apologize, figure out what may be holding you back and decide whether your friendship is worth it. Lebih baik memberikan maaf daripada memendam kemarahan. Jika Anda memendan kemarahan kepada seseorang, maka hilangkan kemarahan anda dan maafkanlah dia setulus hati saat itu juga. jika anda kesulitan untuk meminta maaf, maka carilah apa yang telah menyebabkan Anda sulit meminta maaf dan pikirkan apakah persahabatan anda lebih berharga dari itu ataukah tidak. Pride is at the root of much of our unforgiveness. Because pride can prevent us from forgiving, excessive pride is often a characteristic of the unforgiving person. That person believes, 'I'm far more superior than the person who hurt me. I don't need him (or her), so I don't need to forgive.' Kebanggan merupakan dasar yang kuat dari sikap kita yang tidak mau memaafkan, karena kebanggan bisa mencegah kita untuk memaafkan. Kebanggaan yang berlebihan seringkali merupakan karakteristik dari seseorang yang angkuh. Yaitu orang yang meyakini bahwa, "Saya jauh lebih unggul dari orang yang telah menyakiti saya. Saya tidak membutuhkannya. jadi, saya tidak perlu memaafkannya. When guilt rears its ugly head confront it, discuss it and let it go. The past is over. It is time to ask what can we do right, not what did we do wrong. Forgive yourself and move on. Have the courage to reach out for help. Ketika rasa bersalah membelenggu kita, maka bicarakanlah dan biarkan ia pergi. Masa lalu telah berakhir. Inilah saat untuk bertanya apakah yang kita lakukan itu benar, bukan apakah yang kita lakukan itu salah. Maafkan diri kita sendiri dan teruslah maju. Milikilah keberanian untuk meminta pertolongan. Tidaklah ada yang salah untuk rasa Rasa yang tumbuh dalam lubuk hati Hati kecil kuasai seluruh alam pikiran Pikiran yang tak pernah jauh darimu Darimu ku tak inginkan suara tangis Tangis sedih harapkan denganmu bertemu Bertemu segera tuk curahkan semua Semua rasa yang tertahan selama ini Tidaklah ada yang salah untuk rasa Rasa yang tumbuh dalam lubuk hati Hati kecil kuasai seluruh alam pikiran Pikiran yang tak pernah jauh darimu Darimu ku tak inginkan suara tangis Tangis sedih harapkan denganmu bertemu Bertemu segera tuk curahkan semua Semua rasa yang tertahan selama ini

elhyat blog

Rabu, 07 Februari 2018

Johann Wolfgang Von Goethe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guruku

Man Waud